Minggu, 31 Januari 2016

PENGERTIAN KOMPETENSI

Kompetensi menurut Mc Leod yang dikutip oleh Muhibbin Syah berarti "The state of being legally competent or qualified" yakni keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. kemudian Mc Cracky mengatakan bahwa "Competence is domination ability of special area which confessed by institution certain in activity conduct" dengan pengertian bahwa kompetensi adalah kemampuan penguasaan bidang tertentu oleh lembaga tertentu dalam melakukan aktivitas kompetensi tersebut lebih menekankan kompetensi terarah pada pengajuan secara resmi oleh institusi atau lembaga tertentu terhadap persyaratan kemampuan seseorang dalam penguasaan bidang tertentu.

Gordon (1988) menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. misalnya seorang karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Pemahaman (understanding), yaitu ke dalam kognitif, dan efektif yang dimiliki oleh individu. misalnya seorang karyawan dalam melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman  yg baik tentang kondisi dan karakter kerja secara efektif dan efesien.
3. Kemampuan(skill), adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan  kepadanya. misalnya kemampuan karyawan dalam memilih metode kerja yang dianggap lebih efektif dan efesien.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan  secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang  misalnya standar perilaku para karyawan dalam melaksanakan tugas(kejujuran, keterbukaan ,demokratis, dll) 
5. Sikap(attitude) ,yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang  dari luar. misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadan kenaikan gaji, dan sebagainya. 
6. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. misalnya melakukan aktivitas kerja .

Selasa, 26 Januari 2016

Perilaku Konsumen (Consumer Behavior)



Perilaku Konsumen (Consumer Behavior)
Perusahaan harus dapat memahami perilaku konsumen. Kotler dan  Amstrong (2010:67) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Schiffman dan Kanuk (2008:4) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai cara individu dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.
Menurut Loundon dan Bitta dalam (Ratih Hurriyati, 2010:67) perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, mencari, menggunakan barang dan jasa. Dengan pemahaman tersebut, perusahaan dapat memperkirakan reaksi konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat.

  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2012:173), perilaku konsumen dalam membeli sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi.
  1. Faktor Kebudayaan
a.       Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika mahluk yang paling rendah perilakunya sebagaian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
b.      Sub-budaya. Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya
c.       Kelas sosial. Sebenarnya semua masyarakat menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta yang berbeda memikul peranan tertentu dan mereka tak dapat mengubah keanggotaan kastanya.
  1. Faktor-faktor sosial
Perilaku seseorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial.
  1. Faktor Pribadi
Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidupnya, pekerjaanya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
  1. Faktor Psikologis
Pilihan membeli seseorang juga dipengaruhi oleh 4 faktor psikologis utama yaitu: motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Kepercayaan dan sikap melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap dimana hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkah laku membeli mereka, dimana suatu kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu.
Jadi tindakan-tindakan yang dilaksanakan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang, jasa atau gagasan yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan pada faktor internal maupun eksternal.

Keputusan Pembelian (Purchasing)



 Dalam melakukan evaluasi alternatif, konsumen akan mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap merek berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada pembentukan citra merek. Selain itu, pada tahap evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga akan membentuk niat untuk membeli merek yang paling di sukai dan berujung pada keputusan pembelian.
Pada tahapan keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh dua faktor utama yang terdapat diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu:
  1. Sikap orang lain, yaitu sejauh mana perilaku orang lain akan mengurangi niat pembelian terhadap alternatif produk yang disukai calon konsumen. Sikap orang lain ini meliputi dua hal, pertama, intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif produk yang disukai calon konsumen. Kedua, motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain (Kotler 2009). Semakin tinggi sikap negatif orang lain terhadap suatu produk dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan preferensi sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli terhadap produk tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai produk yang sama.
  2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengurangi niat pembelian konsumen. Contohnya, konsumen mungkin akan kehilangan niat pembeliannya ketika ia kehilangan pekerjaannya atau adanya kebutuhan yang lebih mendesak pada saat yang tidak terduga sebelumnya. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang mungkin akan terjadi (Kotler, 2009). Risiko-risiko ini dapat berupa jumlah uang yang akan dikeluarkan dan ketidakpastian atribut produk.
Dalam hal ini, pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya risiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi risiko yang dipikirkan konsumen